Kaum muslimin yang mencintai Allah dan semoga pula dicintai Allah Ta’ala, amal baik dan buruk yang anda lakukan semuanya akan tercatat. Siap atau tidak siap, kematian pasti akan menyapa anda. Waktu yang telah berlalu tidak akan mungkin kembali. Pada hari kiamat anda akan diadili oleh Allah. Tidak ada sebesar dzarrah-pun kenikmatan yang engkau rasakan, melainkan akan ditanyai oleh Ar-Rahman, untuk apa anda gunakan nikmat itu, apakah untuk taat kepada-Nya atau sebaliknya, engkau gunakan nikmat dari Rabbul ‘Alamin untuk menuruti hawa nafsu dan rayuan setan dalam bermaksiat kepada Ar Rahman.
Tulisan ini merupakan rangkuman dari buku “Rintangan Setelah Kematian” buah karya Ustadz Zainal Abidin Hafizhahullah. Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih detail dapat merujuk buku tersebut.
Berapa Lama Engkau Hidup di dunia?
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah tidur di atas tikar lalu bangun sedangkan lambungnya tergores-gores dengannya, maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak menyuruhku mencari alas?’ Beliau berkata, ‘Apa urusanku dengan dunia? Tidaklah aku di dunia ini melainkan seperti orang yang sedang naik kendaraan berteduh di bawah pohon kemudian pergi meninggalkannya?” (HR Bukhari).
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Umur umatku antara 60 dan 70 tahun, sedikit dari mereka yang melampauinya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Waktu hidup di dunia yang sangat singkat ini hendaknya kita gunakan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan bekal berupa amal ketaatan kepada Allah Ta’ala. Singkatnya kehidupan dunia ini menyingkap tujuan dibalik penciptaan alam semesta. Allah Ta’ala berfirman, “Dia lah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah yang paling baik amalnya, dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun” (QS. Al-Mulk:2).
Namun tentu saja, untuk mewujudkan ketaqwaan dalam diri ini akan banyak godaan dan ujian yang senantiasa kita temui. Hiruk pikuk dunia sering kali memalingkan seorang hamba dari jalur ketaatan menuju jalur kelalaian. Sebagai seorang muslim yang beriman kepada akhirat, fokus utama dalam hidup adalah mempersiapkan bekal amal soleh sebaik mungkin. Jadikanlah perkara duniawi sebagai sarana kita menggapai predikat taqwa dihadapan Allah.
Kematian: Gerbang Menuju Negeri Akhirat
Ketahuilah para pembaca yang semoga di-rahmati Allah! Bahwa ajal (kematian) manusia telah ditakdirkan ketika masih dalam kandungan ibu. Kematian merupakan perkara ghaib dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah Ta’ala. Kematian akan menghampiri kita meskipun kita berada dalam benteng yang kokoh sekalipun. Allah Ta’ala berfirman, “Di mana saja kamu berada, kematian akan menghampirimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa’: 78). Bahkan tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui dimana ia akan mati, Allah Ta’ala berfirman, “..Dan tiada seorang pun yang mengetahui di belahan bumi mana ia akan mati…” (QS. Luqman: 34).
Pedihnya Sakaratul maut
Proses dicabutnya ruh dari badan disebut sakaratul maut. Pedihnya sakaratul maut tidak bisa dirasakan secara persis kecuali oleh orang yang pernah mengalaminya. Jika anggota badan terkena luka atau terbakar, maka rasa sakit akan menyebar ke nyawa. Rasa sakit merasuk ke dalam daging, darah, dan semua anggota badan, sementara yang mengenai nyawa hanya sebagian rasa sakit. Bayangkan bila rasa sakit tersebut menyerang inti nyawa, maka betapa perih dan pedihnya.
Pedihnya proses sakaratul maut membuat seorang tidak lagi mampu berteriak. Sakit yang dirasakan saat sakaratul mau membuat seorang tak lagi mampu memberontak. Kaku sekujur tubuh tak ada lagi kekuatan untuk meminta pertolongan. Anggota tubuh akan mulai mati satu persatu, diawali dari telapak kaki, betis, paha, hingga sampai ke tenggorokan. Saat itu telah hilang kesempatan untuk bertaubat. Tidak berguna lagi penyesalan. Terputus semua amalan. Proses sakaratul maut akan menyadarkan seorang dari kelalaian. Saat itu, sia-sia taubat apabila hendak dilakukan. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan”. (HR Tirmidzi, dinilai shahih oleh al-albani).
Alam Kubur
Sebelum dibangkitkan pada hari kiamat, setiap anak manusia akan melewati alam kubur/alam barzakh. Alam kubur merupakan liang dari taman surga atau liang dari jurang neraka, tergantung bagaimana amal seseorang semasa hidupnya. Malaikat akan datang kepada penghuni kubur untuk bertanya tentang Tuhannya, agamanya, dan nabinya. Seseorang yang hidup dalam kekafiran, penuh dengan kelalaian, dan jauh dari aturan islam, akan kebingungan menghadapi pertanyaan tersebut, sehingga bertambahlah kengerian baginya, dihamparkanlah permadani dari neraka, dikenakan baginya pakaian dari neraka, dan dibukakan baginya pintu menuju neraka. Adapun orang yang selama hidupnya berhiaskan iman, mengagungkan hak Allah (tauhid), dan ketundukan akan syariat yang dibawa Rasulullah maka akan diamparkan baginya permadani dari surga, dikenakan untuknya pakaian dari surga, dan dibukakan baginya pintu menuju surga. Dengan demikian, kenikmatan surga atau siksaan neraka bisa dirasakan seorang hamba saat masih di alam kubur.
Begitulah alam kubur akan menjadi hunian penuh kesengsaraan, atau persinggahan yang penuh kenikmatan. Hal tersebut akan terus menerus berlangsung hingga hari kiamat tiba. Sehingga orang yang mendapatkan azab kubur akan meminta disegerakan datangnya kiamat, karena mereka tidak tahan dengan pedihnya siksa kubur, namun mereka tidak mengetahui bahwa setelah alam kubur, mereka akan mengadapi hari-hari yang lebih berat.
Hancurnya Jagat Raya dan Hari Kebangkitan
Rasulullah Shallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Kiamat akan tegak sementara dua orang sedang jual beli baju, keduanya belum sepakat dan belum melipat bajunya.kiamat akan tegak sementara orang sedang pulang membawa hasil perahan susu hewannya namun belum sempat meminumnya. Kiamat akan tegak sementara seseorang sedang memperbaiki kolam (tempat minum unta), tetapi belum sempat digunakan. Dan kiamat akan tegak sementara seorang sedang mengangkat sesuap makanan belum semapat dimakannya” (HR. Bukhari-Muslim)
Kiamat akan datang secara tiba-tiba tanpa salah seorang pun dari manusia mengetahui kedatangnnya. Tatkala manusia sedang asyik di pasar-pasar mereka, tiba-tiba huru-hara hari kiamat pun tiba, jagat raya akan hancur tak beraturan, manusia akan kebingungan seperti orang mabuk padahal mereka sama sekali tidak mabuk. Bahkan wanita yang menyusui akan meninggalkan susuannya, wanita hamil yang mengandung saat itu akan gugur. Sungguh betapa kacaunya keadaan saat itu.
Allah Ta’ala berfirman, “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi menjadi begini?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Karena sesungguhnya tuhanmu telah memerintahkan yang demikian itu kepadanya.” (QS. Az Zalzalah:1-5). Gunung-gunung akan luluh lantak, Allah berfirman “Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung , lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.” (QS. Al Haqqah: 14). Sementara langit terbelah mengerikan, bintang-bintang berjatuhan, matahari redup, bertambahlah kecemasan manusia saat itu. Tidak berguna lagi penyesalan orang yang menyesal.
Setelah itu, bumi akan menjadi tanah datar tanpa pepohonan dan bangunan. Rata tanpa bukit maupun lembah sepanjang mata memandang. Setelah tipupan sangkakala semua makhluk akan mengalami kematian, Allah ta’ala berfirman, “ Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang dilangit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az Zumar: 68).
Setelah tiupan sangkakala terakhir, semua manusia akan dibangkitkan. Orang yang pertama kali dibangkitkan adalah Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi wasallam. Kemudian semua umat manusia akan digiring menuju padang mahsyar, mereka akan dikumpulkan disana dalam keadaan telanjang bulat, tanpa alas kaki, dan tidak disunat.
Padang Mahsyar
Seluruh umat manusia dari awal sampai akhir penciptaan dibangkitkan, mereka tidak tahu harus kemana, lalu tiba-tiba malaikat menyeru dengan suara keras dan mereka mengikuti seruan itu menuju alam baru, yaitu padang mahsyar. Sebagaimana dijelaskan pada firman Allah, “Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok. Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.” (Thaha: 108).
Padang mahsyar adalah tanah lapang, berwarna putih kekuning-kuningan. Disinilah mereka akan menunggu keputusan dari Rabbul ‘Alamin dengan penuh cemas dan khawatir. Ketika itu matahari didekatkan kepada manusia, bercucuran keringat karena keadaan saat itu. Sebagian manusia ada yang tenggelam karena keringatnya. Namun ketika itu Allah Ta’ala menyiapkan naungan tergantung amal kebaikan yang ia lakukan di dunia, di antara sebab mendapatkan naungan adalah dengan memperbanyak sedekah.
Belum selesai kepayahan yang dirasakan umat manusia, mereka masih akan dihadapkan pada hari perhitungan amal (hisab), pembagian catatan amal, hingga akhirnya mereka akan meniti jembatan shirath untuk menentukan apakah mereka termasuk ahli surga, atau ahli neraka.
Tidak semua peristiwa kami jabarkan agar dapat dimuat di buletin ini. Semoga tulisan sederhana ini dapat memicu keingintahuan kita untuk mentelaah lebih lanjut mengenai peristiwa-peristiwa hari kiamat yang pasti akan kita hadapi.
Penulis: Evan Prapanca, ST. (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
Murajaah: Ustadz Abu Salman